SGB - Sindrom Guillain–Barré ( SGB )
Tabib Masrukhi,MPA
Yakinlah setiap Penyakit ada obatnya.
kami berpengalaman mengobati penyakit
GBS, dengan metode multi terapi, insya Alloh cepat sembuhnya, rata rata
banyak perubahan dalam waktu 1-2 hari.
Jangan Putus Asa, Jika saudara menderita GBS belum juga sembuh, jangan ragu Hubungi kami 0858 6941 2009
Gejala dan
penyebab
Pada
kondisi normal, tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan antigen (zat
yang merusak tubuh) ketika tubuh terinfeksi penyakit, virus, atau bakteri. Pada
kasus SGB, antibodi malah menyerang sistem saraf tepi dan menyebabkan kerusakan
sel saraf. Hal ini ditimbulkan karena antibodi merusak selaput myelin yang
menyelubungi sel saraf (demyelinasi). Kerusakan yang ditimbulkan dimulai dari
pangkal ke tepi atau dari atas ke bawah. Kerusakan tersebut akan menyebabkan
kelumpuhan motorik dan gangguan sensibilitas. Jika kerusakan terjadi sampai
pangkal saraf maka dapat terjadi kelainan pada sumsum tulang belakang.
Gejala-gejala
yang dapat timbul pada penderita SGB adalah kehilangan sensitivitas, seperti
kesemutan, kebas (mati rasa), rasa terbakar, atau nyeri, dengan pola persebaran
yang tidak teratur dan dapat berubah-ubah. Kelumpuhan pada pasien SGB biasanya
terjadi dari bagian tubuh bawah ke atas atau dari luar ke dalam secara
bertahap, namun dalam waktu yang bervariasi. Penderita SGB parah, kerusakan
dapat berdampak pada paru-paru dan melemahkan otot-otot pernapasan sehingga
diperlukan ventilator untuk menjaga pasien agar tetap bertahan. Kondisi
penderita dapat bertambah parah karena kemungkin terjadi infeksi di dalam
paru-paru akibat berkurangnya kemampuan pertukaran gas dan kemampuan
membersihkan saluran pernapasan. Kematian umumnya terjadi karena kegagalan
pernapasan dan infeksi yang ditimbulkan
Bagaimana SBG
dapat ter-diagnosa?
Diagnosa SBG
didapat dari riwayat dan hasil test kesehatan baik secara fisik maupun test laboratorium. Dari riwayat penyakit, obat-obatan yang biasa diminum, pecandu
alcohol, infeksi-infeksi yang pernah diderita, gigitan kutu maka Dokter akan
menyimpulkan apakah pasien masuk dalam daftar pasien SBG. Tidak lupa juga
riwayat penyakit yang pernah diderita pasien maupun keluarga pasien misalnya
diabetes mellitus, diet yang dilakukan, semuanya akan diteliti dengan seksama
hingga dokter bisa membuat vonis apakah anda terkena SBG atau penyakit lainnya.
Pasien yang
diduga mengidap SBG di haruskan melakukan test:
1. Darah
lengkap
2. Lumbar
Puncture
3. EMG
(electromvogram)
Sesuai
urutannya, test pertama akan dilakukan kemudian test ke dua apabila test
pertama tidak terdeteksi adanya SBG, dan selanjutnya.
Apa yang
akan terjadi setelah test dilakukan?
Tanda-tanda
melemahnya syaraf akan nampak semakin parah dalam waktu 4 sampai 6 minggu.
Beberapa pasien melemah dalam waktu relative singkat hingga pada titik lumpuh
total dalam hitungan hari, tapi situasi ini amat langka.
Pasien
kemudian memasuki tahap ‘tidak berdaya’ dalam beberapa hari. Pada masa ini
biasanya pasien dianjurkan untuk ber-istirahat total di rumah sakit. Meskipun
kondisi dalam keadaan lemah sangat dianjurkan pasien untuk selalu menggerakkan
bagian-bagian tubuh yang terserang untuk menghindari kaku otot. Ahli
Fisioterapy biasanya akan sangat dibutuhkan untuk melatih pasien dengan
terapi-terapi khusus dan akan memberikan pengarahan-pengarah an kepada keluarga
adan teman pasien cara-cara melatih pasien SBG.
Apakah SBG
menyakitkan?
Ya dan
tidak. Pasien biasanya merasakan sakit yang akut pada saat SBG. Terutama
didaerah tulang belakang dan lengan dan kaki. Namun ada juga pasien yang tidak
mengeluhkan rasa sakit yang berarti meskipun mereka mengalami kelumpuhan parah.
Rasa sakit muncul dari pembengkakan dari syaraf yang terserang, atau dari otot
yang sementara kehilangan suplai energy, atau dari posisi duduk atau tidur si
Pasien yang mengalami kesulitan untuk bergerak atau memutar tubuhnya ke posisi
nyaman. Untuk melawan rasa sakit dokter akan memberikan obat penghilang rasa
sakit dan perawat akan memberikan terapi-terapi untuk me-relokasi bagian-bagian
tubuh yang terserang dengan terapi-terapi khusus. Rasa sakit dapat datang dan
pergi dan itu amat normal bagi penderita SBG.
Pengobatan Secara Medis
- Pertukaran plasma, serupa dengan cuci darah, yaitu penggantian plasma darah menggunakan alat plasmaferesis. Ini dapat membantu pasien untuk bertahan dari sindrom Guillain–Barré atau mencapai kondisi yang lebih baik.
- Pemberikan imunoglobulin intravena (IVIg diberikan melalui darah) dosis tinggi selama lima hari untuk peningkatan kekebalan tubuh.
- Pemberian kortikosteroid dosis tinggi sebagai antiradang. Pada beberapa kasus, pemberian kortikosteroid dapat membantu proses penyembuhan.
Pasien yang berhasil sembuh dari SGB tetap menyisakan kelemahan
fungsi tubuh karena sel saraf merupakan jaringan yang tidak bisa kembali
dengan sendirinya ketika mengalami kerusakan. Untuk dapat menggerakkan
anggota tubuhnya kembali, seperti berjalan, makan, berbicara, atau
menulis, pasien harus melakukan terapi dan latihan secara teratur. Dalam
jangka waktu satu tahun atau lebih, 85% penderita SGB dapat kembali
normal. (dari berbagai sumber)
testimoni
LAMA tak terlihat di rumahnya, Ny Rajasa rupanya dirawat di rumah sakit.
Hampir dua minggu dirawat di RS Bethesda Yogyakarta namun tetangganya
tak banyak yang tahu. Guru yang memasuki masa pensiun ini baru diketahui
sakit oleh tetangga setelah mobil rumah sakit mengantarnya pulang.
Ketika diturunkan dari mobil menuju ke rumahnya, sang ibu beranak tiga
ini tak bisa jalan melainkan didorong menggunakan ranjang perawatan.
Sakit apa gerangan? Sang suami pasien menceritakan istrinya terkena penyakit GBS atau Guillain Barre Syndrome. Penyakit ini menyerang imunitas tubuh, dan membuat kelumpuhan otot dalam hitungan jam bahkan membuat otot pernafasan tak bisa bergerak, sehingga paru-paru tidak bisa bekerja optimal bahkan lumpuh.Penyakit ini menyebabkan system kekebalan tubuh kita menjadi kacau.
Sakit apa gerangan? Sang suami pasien menceritakan istrinya terkena penyakit GBS atau Guillain Barre Syndrome. Penyakit ini menyerang imunitas tubuh, dan membuat kelumpuhan otot dalam hitungan jam bahkan membuat otot pernafasan tak bisa bergerak, sehingga paru-paru tidak bisa bekerja optimal bahkan lumpuh.Penyakit ini menyebabkan system kekebalan tubuh kita menjadi kacau.
"Ibu awalnya mengalami kesemutan. Semula sempat dikira stroke namun kok mejalar hingga tubuh terasa lumpuh," kata sang suami ditemui di rumahnya, baru-baru ini.
Penyakit GBS kebanyakan menyerang orang dewasa. Namun, anak-anak pun bisa mengalaminya (2-3% kasus pada anak-anak). Penyebab penyakit ini sampai saat ini belum diketahui tetapi pada banyak kasus sering disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Menurut Spesialis Saraf Anak, Irawan Mangunatmadja dari RSCM, biasanya penyebabnya adalah infeksi virus yang menyebabkan terjadinya inflamasi susunan saraf tepi.
Kondisi GBS juga sering disebut sebagai kondisi lumpuh layu akut. Banyak rumah sakit melaporkan pasiennya mengalami lumpuh layu akut, dan setelah didiagnosis lebih jauh ternyata GBS. Lebih lanjut Irawan mengatakan, dalam perkembangannya apabila pasien dinyatakan sembuh, umumnya akan menimbulkan gangguan dalam hal mobilisasi. Di mana ketika berjalan akan sedikit terganggu sehingga diperlukan sebuah alat bantu.
Gejala pertama dari penyakit ini antara lain kelemahan atau kesemutan di kaki dan dapat menyebar ke lengan dan tubuh bagian atas. Semakin lama semakin meningkat, sampai otot-otot tertentu tidak dapat digunakan sama sekali atau lumpuh keseluruhan.
Diagnosa GBS ini agak sulit dan lama karena seperti kasus umum sehingga harus menelusuri riwayat kesehatan dari fisik maupun tes laboraturium. Dari riwayat penyakit, obat-obatan yang biasa diminum, pecandu alcohol, infeksi-infeksi yang pernah di derita, gigitan kutu. Tidak lupa juga riwayat penyakit yang pernah diderita pasien maunpun keluarga pasien, misalnya diabetes, diet yang pernah dilakukan, semuanya diteliti hingga dokter dapat membuat vonis apakah ya atau tidak anda mengidap penyakit GBS.
Tes labnya pun ada 3 dan berurutan:
- Darah lengkap
- Lumbar Puncture
- EMG (Electromvogram)
Yang paling `menyakitkan' dari penyakit ini dan yang paling memprihatinkan, penyakit GBS merupakan penyakit MAHAL. Penyakit ini bisa diatasi dengan deteksi dini untuk mendeteksi system imunitas apa yang terserang. Bila daya tahan tubuh pasien mengkonsumsi obat (hanya ada 1 macam), Gamamune (Imuno Globuline) yang harganya 1 botolnya mencapat 4-5juta. Obat ini akan diinfuskan ke tubuh pasien dengan takaran sesuai berat badan pasien. Rata-rata per harinya pasien membutuhkan 4-5 botol/hari. Bisa dibayangkan berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk pengobatan penyakit ini.
Sementara berdasarkan data dari Departemen Kesehatan, setiap tahun GBS hanya menyerang 1-2 orang di antara 100.000 orang di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, kasus GBS terakhir yang pernah dilaporkan sudah terjadi lebih dari 10 tahun yang lalu.
Disebutkan pula sekitar 60% kasus, penyebab GBS tidak pernah diketahui. Sementara 40% lagi diduga dipicu oleh infeksi virus atau bakteri. Mirip dengan penyakit Lupus, GBS juga termasuk penyakit autoimun yang menyerang sistem kekebalan tubuh. (Hanan Wiyoko/dari berbagai sumber)