SURAT dari ODHA untuk MRAN 2012.
May 23, 2012
May 23, 2012
Kepada Ibu dan Bapak dokter serta paramedis yang baik;
Kita baru saja memperingati Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN)
2012. Ini adalah sebuah malam dimana kita mengenang adik, kakak,
pasangan, anak, orangtua, saudara, rekan, kerabat bahkan orang yang
tidak kita kenal yang telah mendahului kita. Kalah dalam pertarungannya
melawan infeksi HIV di dalam tubuhnya.
Obat dan Racun |
Kami tidak ingin banyak berbicara angka kali ini, sebab angka-angka
yang selama ini kerap di tampilkan sebenarnya adalah sebuah fenomena
berwajah yang memperlihatkan betapa persoalan HIV dan AIDS telah
membelit bangsa Indonesia.
Kami berterima kasih sekali kepada Bapak
dan Ibu Dokter yang selama ini telah melayani kami dengan memberikan
informasi, perawatan dan pengobatan bagi kami di dalam upaya kami
mengendalikan HIV yang berada dalam tubuh kami. Kami sangat
mengapresiasi ini.
Ijinkan kami bercerita sedikit. Sudah lebih dari 30 tahun HIV dikenal
oleh peradaban manusia sebagai sebuah virus yang mematikan. Yang lebih
miris lagi dan kami rasakan, beban kami seolah tidak cukup dengan harus
berdamai bersama virus dalam tubuh yang mengintai setiap saat tubuh kami
dalam kondisi lemah untuk kemudian mengijinkan penyakit lain masuk ke
dalam tubuh kamu namun kami juga harus menghadapi penghakiman dari
masyarakat luas bahwa kami ini yang terinfeksi HIV adalah golongan
orang-orang yang tidak bermoral, melawan takdir, sampah masyarakat dan
berjuta sebutan stigmatif lainnya seolah kami ini bukan manusia tanpa
mau melihat bahwa diantara kami ada bayi tidak berdosa, anak bahkan Ibu
rumah tangga yang tidak pernah membayangkan mereka akan mendapatkan
takdir untuk hidup bersama HIV. Sebutan stigmatif itulah yang kemudian
membuat kami merasakan diskriminasi yang sangat hebat di dalam setiap
aspek kehidupan kami.
Ibu dan Bapak Dokter serta paramedis yang baik
Bapak dan Ibu dokter tentunya sudah mengetahui bahkan di layanan
kesehatan saja, kami masih mengalami diskriminasi. Mulai dari gunjingan
petugas layanan kesehatan ketika memberikan layanan kepada kami,
berlebihannya perlakuan petugas seolah kami ini membawa virus yang
menyebar melalui tatapan mata sampai dengan ditolaknya kami mendapatkan
kamar untuk perawatan kami dan ironisnya selalu dibungkus dengan
perkataan bahwa kami harus ditempatkan dalam kamar isolasi demi kebaikan
kami sendiri agar terhindar dari infeksi penyakit yang berasal dari
pasien lain.
Kami mungkin sakit, namun kami juga bukan orang bodoh. Kami tahu
bahwa sudah menjadi hak setiap pasien untuk terhindar dari infeksi
Nosokomial yang selama ini selalu dijadikan alasan petugas layanan
kesehatan mengisolasi kami dan atau menolak kami ketika kamar isolasi
yang jumlahnya tidak seberapa itu digunakan oleh pasien ODHA yang lain.
Kami masih bisa menerima jika stigma dan diskriminasi ini kami
dapatkan dari masyarakat umum karena kami tahu bahwa mereka pun masih
belum tertapapar informasi terkait HIV dan AIDS. Kami sadar bahwa bagi
pemerintah kita, urusan HIV dan AIDS ini tidak terlalu seksi untuk
dibicarakan dibanding dengan isu pemilihan kepala daerah, kekerasan,
kriminal bahkan sampai dengan Lady Gaga. Kami sadar bahwa pemerintah
kita telah gagal memberikan edukasi kepada msayarakat terkait HIV dan
AIDS sehingga kemudian karena ketidak tahuan mereka, perlakuan
diskriminatif sering kami terima.
Ibu dan Bapak Dokter serta paramedis yang baik
Kami berterima kasih karena dengan pemberian ARV secara gratis selama
ini telah membuat angka kematian pasangan, teman dan saudara kami yang
terinfeksi HIV semakin menurun. ARV telah menjadi teman setia kami dalam
membuat perdaimaian dengan HIV yang ada dalam tubuh kami. ARV telah
membuat hidup kami yang selama ini suram menjadi punyai seberkas sinar
pengharapan. Pengharapan untuk tetap hidup di dunia yang diciptakan
Tuhan untuk semua ciptaannya, baik ODHA maupun bukan.
Tahukah Ibu dan bapak, bahwa dalam upaya kami berdamai ditemani oleh
ARV tersayang ini kami sering mendapatkan efek tidak menyenangkan akibat
dari zat-zat kimia yang terkandung dalam ARV dan harus kami telan
setiap harinya sepanjang hidup kami? Ya betul, kami mendapatkan efek
samping yang tidak kalah berbahayanya dengan infeksi HIV di dalam tubuh
kami. Bagi kami yang perempuan, efek samping ini semakin tidak
tertahankan karena kami sadar bahwa penelitian dalam membuat obat ARV
ini belum memperhatikan kerentanan biologis dari kami yang perempuan.
Hampir setiap malam kami mengalami kesemutan bahkan hingga kelumpuhan
sesaat, anemia berat kadang membuat kami kehilangan kesadaran, lemak
otot kami menyusut sehingga pipi dan beberapa bagian tubuh kami menjadi
kempot sehingga membuat kami tidak nyaman dalam berinteraksi sebagaimana
manusia lainnya karena semakin melekatkan stempel di dahi kami jika
kami adalah orang yang hidup dengan HIV.
Semua itu akibat efek samping dari ARV yang selama ini telah kami
anggap sebagai teman sehidup semati. Tidak, kami tidak akan protes dan
berhenti dengan teman kami itu sebab kami menyadari bahwa hanya
merekalah sampai saat ini yang menjadi teman setia dalam mengendalikan
teman kami yang nakal bernama HIV di dalam tubuh.
Ibu dan Bapak dokter serta paramedis yang baik
Kami ingin mengajukan permohonan kepada ibu dan bapak semua di dalam
peringatan Malam Renungan AIDS Nusantara 2012 ini. Permohonan agar
jangan sampai ada diantara kami yang kemudian menyerah dan berpulang
kepada Sang Pencipta bukan karena infeksi HIV dalam tubuh namun
karena tubuh kami tidak kuat menerima efek samping yang disebabkan ARV
yang kami konsumsi. Kami harap ibu dan bapak mau mengabulkan permohonan kami ini.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui panduannya untuk penggunaan ARV
2010 yang kemudian diadopsi oleh Kementrian Kesehatan dalam Panduan ARV
yang dikeluarkan pada tahun 2011 telah menyebutkan dengan jelas bahwa
ada jenis ARV yaitu jenis d4t atau biasa dikenal dengan nama dagang
Stavudine mempunyai kandungan racun yang berbahaya bagi ODHA yang
mengkonsumsinya bahkan hingga menyebabkan kematian kami.
Kami menyesalkan karena obat yang lebih banyak bahaya dibanding
manfaat bagi kami ini masih terus didistribusikan. Kami menderita karena
obat ini. Bahkan kami tidak tahu apakah lebih menderita berdamai dengan
HIV dalam tubuh ataukah harus menahankan efek samping dari ARV yang
baru saja kami ketahui seharusnya sudah tidak didistribusikan karena
mempunyai racun yang membahayakan nyawa kami.
Kami ingin meminta kepada Ibu dan Bapak untuk berhenti memberikan
resep obat d4t ini kepada kami. Bantu kami dalam memilih obat yang tepat
dan sedikit mengandung racun yang berbahaya bagi tubuh kami. Bantu kami
dalam mendorong Kementrian Kesehatan bisa menyediakan obat yang lebih
aman untuk menjadi teman seumur hidup kami.
Kami masih ingin hidup. Kami masih ingin mengerjakan sesuatu yang
bermanfaat bukan hanya bagi kami namun juga bagi masyarakat, nusa dan
bangsa.
Berikanlah hadiah kepada kami di MRAN 2012 ini dengan Berhenti meresepkan ARV jenis d4t (Stavudine) kepada ODHA.
Selamatkanlah ODHA!
Salam sayang,
ODHA di Indonesia