Virus HIV merupakan virus yang dapat
ditularkan melalui
pertukaran cairan tubuh seperti sperma, atau air
susu. Karena itu, pengidap HIV diimbau untuk tidak melakukan hubungan
seks tanpa pengaman.
Hanya saja, memiliki keturunan hak setiap orang, termasuk pengidap HIV. Namun dengan risiko penurunan virus dari orangtua ke anak yang tinggi, lantas, bagaimana mereka mampu memiliki tanpa menularkan virusnya?
Menurut pakar ilmu penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) Samsuridjal Djauzi, cara paling efektif untuk mencegah penularan dari orangtua ke keturunannya adalah memastikan orangtuanya memiliki kadar virus yang sangat rendah di tubuhnya sebelum mejalani program kehamilan.
Setelah kadar virus di dalam tubuh sudah sedikit, lanjut dia, cairan tubuh khususnya sperma pada laki-laki tidak lagi mengandung virus. Karena itu, laki-laki sudah dapat berhubungan seks tanpa pengaman dengan pasangannya selama masa suburnya.
"Dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan sperma bebas virus," tegas Samsuridjal.
Sementara itu, kata dia, jika si calon ibu sudah terinfeksi virus, maka pemberian ARV tetap wajib dilakukan untuk mencegah transmisi virus selama kehamilan. Dalam kandungan, bayi menerima cairan yang berisi nutrisi dari ibu, namun jika jumlah virus di tubuh ibu sangat sedikit, maka penularan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.
Proses persalinan juga dapat menularkan virus. Maka, para dokter sepakat untuk melakukan teknik persalinan Caesar untuk meminimalisasi kontak cairan antara bayi dengan ibu.
Setelah itu pun, lanjutnya, ibu tidak menyusui anaknya, karena air susu mungkin juga mengandung virus HIV. Meskipun ada pula yang mengatakan, selama ASI yang diberikan adalah ASI eksklusif, ibu dengan HIV masih bisa menyusui.
"Dengan melakukan cara-cara tersebut, risiko penularan dari orangtua ke anak dari 37 persen bisa ditekan menjadi 2 persen," pungkasnya
Hanya saja, memiliki keturunan hak setiap orang, termasuk pengidap HIV. Namun dengan risiko penurunan virus dari orangtua ke anak yang tinggi, lantas, bagaimana mereka mampu memiliki tanpa menularkan virusnya?
Menurut pakar ilmu penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) Samsuridjal Djauzi, cara paling efektif untuk mencegah penularan dari orangtua ke keturunannya adalah memastikan orangtuanya memiliki kadar virus yang sangat rendah di tubuhnya sebelum mejalani program kehamilan.
Setelah kadar virus di dalam tubuh sudah sedikit, lanjut dia, cairan tubuh khususnya sperma pada laki-laki tidak lagi mengandung virus. Karena itu, laki-laki sudah dapat berhubungan seks tanpa pengaman dengan pasangannya selama masa suburnya.
"Dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan sperma bebas virus," tegas Samsuridjal.
Sementara itu, kata dia, jika si calon ibu sudah terinfeksi virus, maka pemberian ARV tetap wajib dilakukan untuk mencegah transmisi virus selama kehamilan. Dalam kandungan, bayi menerima cairan yang berisi nutrisi dari ibu, namun jika jumlah virus di tubuh ibu sangat sedikit, maka penularan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.
Proses persalinan juga dapat menularkan virus. Maka, para dokter sepakat untuk melakukan teknik persalinan Caesar untuk meminimalisasi kontak cairan antara bayi dengan ibu.
Setelah itu pun, lanjutnya, ibu tidak menyusui anaknya, karena air susu mungkin juga mengandung virus HIV. Meskipun ada pula yang mengatakan, selama ASI yang diberikan adalah ASI eksklusif, ibu dengan HIV masih bisa menyusui.
"Dengan melakukan cara-cara tersebut, risiko penularan dari orangtua ke anak dari 37 persen bisa ditekan menjadi 2 persen," pungkasnya
0 comments:
Posting Komentar
Berbagi pengalaman suport karena Allah